Ketika mendengar kata tarot, banyak orang langsung membayangkan ramalan atau prediksi masa depan. Namun, tahukah kamu bahwa tarot pada awalnya tidak diciptakan untuk meramal sama sekali? Tarot memiliki sejarah panjang yang kaya, penuh dengan lapisan budaya, seni, dan simbolisme yang berkembang seiring waktu.
Menelusuri sejarah tarot ibarat membuka buku besar peradaban, kita akan menemukan jejak permainan kartu bangsawan Italia, misteri para filsuf dan okultis Eropa, hingga kebangkitan tarot sebagai alat refleksi diri di era modern. Setiap dek kartu membawa kisah, bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang perjalanan manusia mencari makna dan jawaban dalam hidup.
Asal Usul Kartu Tarot
Teori Awal Kemunculan
Sejarah tarot sering diselimuti misteri. Ada yang percaya tarot berasal dari Mesir Kuno, dikaitkan dengan Kitab Thoth, sebuah teks mistik yang dipercaya menyimpan rahasia kebijaksanaan kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan tradisi Kabbalah Yahudi, hingga simbol-simbol sufi dari Timur Tengah.
Namun, sebagian besar klaim ini lebih bersifat mitos dibanding bukti sejarah. Peneliti modern menyimpulkan bahwa tarot kemungkinan besar berkembang di Eropa, khususnya Italia, pada abad ke-15, dan tidak langsung berhubungan dengan Mesir atau tradisi mistik lainnya.
Tarot Pertama di Eropa
Bukti sejarah tertua tentang tarot berasal dari Italia Utara sekitar tahun 1440-an. Saat itu, tarot dikenal sebagai Tarocchi, sebuah permainan kartu yang populer di kalangan bangsawan. Salah satu dek tarot paling terkenal dari masa ini adalah Visconti-Sforza Tarot, yang dipesan oleh keluarga bangsawan Milano.

Kartu-kartu ini dibuat dengan indah, dilukis tangan dengan emas dan warna-warna cerah, sehingga lebih mirip karya seni daripada sekadar permainan. Belum ada bukti kuat bahwa pada masa ini tarot digunakan untuk meramal, fungsinya lebih sebagai permainan hiburan sekaligus simbol status sosial.
Perkembangan Tarot di Eropa
Dari Permainan ke Simbolisme
Seiring berkembangnya zaman Renaissance di Eropa, tarot mulai dipandang bukan hanya sebagai permainan kartu bangsawan, melainkan juga sebagai medium simbolis. Gambar-gambar pada kartu, seperti Sang Kaisar, Sang Paus, atau Sang Kematian, mencerminkan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual yang hidup di masyarakat pada masa itu.
Para pelukis dan seniman menambahkan detail-detail penuh makna, sehingga tarot perlahan menjadi lebih dari sekadar hiburan: ia mulai berfungsi sebagai cermin budaya dan refleksi kehidupan manusia.
Munculnya Tarot dalam Okultisme
Lompatan besar terjadi pada abad ke-18 hingga 19, ketika tarot masuk ke dalam dunia okultisme dan esoterisme Eropa. Salah satu tokoh kunci adalah Antoine Court de Gébelin, seorang penulis Prancis yang percaya tarot berasal dari Mesir Kuno dan menyimpan rahasia kebijaksanaan kuno. Meski teorinya tidak terbukti secara sejarah, pandangan ini sangat memengaruhi cara tarot dipandang di kemudian hari.
Lalu ada Éliphas Lévi, seorang okultis terkenal abad ke-19, yang mengaitkan tarot dengan Kabbalah, astrologi, dan alkimia. Pemikiran Lévi membuka jalan bagi tarot untuk menjadi bagian dari praktik spiritual dan mistik, bukan sekadar permainan atau karya seni.
Sejak saat itu, tarot mulai mendapatkan reputasi sebagai “peta simbolik kehidupan” yang dapat digunakan untuk refleksi batin, meditasi, hingga ramalan.
Evolusi Tarot Menjadi Alat Spiritualitas
Tarot & Gerakan Spiritualitas Modern
Memasuki abad ke-19 hingga awal abad ke-20, tarot semakin kuat dikaitkan dengan praktik okultisme. Salah satu organisasi yang berperan besar adalah Hermetic Order of the Golden Dawn, sebuah kelompok esoteris di Inggris. Bagi mereka, tarot bukan sekadar kartu, melainkan sebuah “sistem simbolik” yang terhubung dengan astrologi, numerologi, dan Kabbalah.
Tokoh-tokoh besar seperti Aleister Crowley juga meninggalkan jejak mendalam. Crowley menciptakan Thoth Tarot, sebuah dek dengan simbolisme kompleks yang kaya akan referensi mistik, alkimia, dan mitologi.
Tarot Rider-Waite-Smith
Namun, titik balik terbesar dalam sejarah tarot modern terjadi pada tahun 1909, ketika Arthur Edward Waite, seorang anggota Golden Dawn, bekerja sama dengan ilustrator berbakat Pamela Colman Smith untuk menciptakan Rider-Waite-Smith Tarot.
Deck ini revolusioner karena:
- Untuk pertama kalinya, semua kartu Minor Arcana memiliki ilustrasi penuh, bukan hanya simbol jumlah dan lambang.
- Pamela Colman Smith menambahkan detail visual yang memudahkan pembaca memahami makna kartu melalui gambar, bukan sekadar angka atau simbol.
- Bahasa simboliknya kaya, mudah dipahami, dan tetap relevan hingga kini.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Rider-Waite-Smith adalah “ibu dari tarot modern.” Hampir semua dek tarot yang populer saat ini berakar dari inovasi Pamela dan Waite.
Tarot di Dunia Modern
Tarot Sebagai Alat Refleksi Diri
Seiring berkembangnya ilmu psikologi di abad ke-20, tarot mulai dipandang bukan hanya sebagai alat ramalan, tetapi juga sebagai sarana refleksi batin. Tokoh psikologi terkenal seperti Carl Gustav Jung bahkan mengaitkan tarot dengan konsep archetypes, simbol universal yang hadir dalam alam bawah sadar manusia.
Dari sudut pandang ini, setiap kartu tarot adalah cermin jiwa: bukan sekadar “meramal masa depan,” melainkan membantu kita memahami pola hidup, tantangan, dan potensi diri. Banyak praktisi modern menggunakan tarot sebagai medium untuk konseling, meditasi, hingga healing emosional.
Tarot di Era Digital
Memasuki era internet, tarot semakin mudah diakses oleh siapa saja. Aplikasi tarot, pembacaan online, komunitas di media sosial, hingga konten YouTube tentang tarot menjadikan kartu ini mendunia dan lintas budaya.
Di Indonesia sendiri, tarot berkembang pesat dalam dua dekade terakhir. Tarot kini lebih banyak dipahami sebagai sarana refleksi, self-discovery, dan spiritual guidance, bukan hanya sekadar ramalan. Banyak praktisi lokal yang menghadirkan tarot dengan nuansa hangat, penuh empati, dan membumi, sehingga terasa relevan dengan perjalanan hidup masyarakat kita.
Perkembangan Tarot di Indonesia
Perjalanan tarot di Indonesia dimulai sekitar tahun 1990-an, saat buku-buku dan kartu tarot mulai masuk melalui komunitas kecil pecinta spiritualitas. Pada masa itu, tarot sering dianggap misterius, bahkan tabu, karena masih banyak disalahpahami sebagai sesuatu yang “mistis” atau bertentangan dengan keyakinan tertentu.
Namun, seiring berkembangnya era digital di tahun 2000-an, tarot semakin dikenal luas. Media sosial, forum spiritual, hingga kanal YouTube dan Instagram membuka ruang bagi praktisi untuk berbagi pengetahuan, edukasi, dan pembacaan tarot secara online.
Kini, tarot di Indonesia tidak lagi hanya dipandang sebagai ramalan. Banyak praktisi lokal yang menghadirkannya sebagai sarana refleksi diri, self-healing, bahkan sebagai bagian dari perjalanan spiritual personal. Gaya pembacaan pun lebih inklusif, membumi, dan relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang penuh dinamika.
Kehadiran platform digital juga memudahkan siapa saja untuk belajar tarot, baik melalui kursus online, komunitas, maupun konten edukatif di website seperti RumahTarot.com. Hal ini menunjukkan bahwa tarot semakin diterima sebagai sahabat jiwa, bukan sesuatu yang perlu ditakuti.
Kontroversi & Miskonsepsi Seputar Tarot
Seiring popularitasnya, tarot juga kerap disalahpahami. Beberapa kontroversi dan miskonsepsi yang sering muncul antara lain:
1. Tarot Dianggap Sesat atau Berbahaya
Banyak yang mengira tarot identik dengan praktik gelap, ilmu hitam, atau bertentangan dengan keyakinan tertentu. Padahal, tarot pada dasarnya hanyalah sebuah media simbolik. Kartu tarot tidak memiliki kekuatan magis yang berdiri sendiri, ia hanya alat bantu refleksi, seperti cermin yang memantulkan isi batin kita.
2. Tarot Hanya untuk Meramal Masa Depan
Mitos paling umum adalah bahwa tarot selalu digunakan untuk “meramal” nasib. Faktanya, pembacaan tarot lebih sering difokuskan pada pemahaman diri, pola kehidupan, dan kemungkinan pilihan. Tarot tidak menentukan takdir, melainkan membantu kita melihat lebih jelas arah yang mungkin diambil.
3. Tarot Hanya untuk Orang “Mistis”
Sebagian orang merasa tarot terlalu sulit, rumit, atau hanya untuk mereka yang berkecimpung dalam dunia mistik. Kenyataannya, siapa pun bisa belajar tarot. Kartu ini adalah bahasa simbol yang bisa dipahami siapa saja, selama ada niat untuk menggali makna di baliknya.
4. Perbedaan Pandangan Antar Praktisi
Ada praktisi yang menekankan tarot sebagai sarana ramalan, ada pula yang menggunakannya untuk meditasi, psikologi, atau spiritualitas. Perbedaan ini sering menimbulkan perdebatan di kalangan komunitas. Namun justru di situlah keindahannya: tarot adalah sistem yang fleksibel, bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan perspektif masing-masing orang.
Mengapa Memahami Sejarah Tarot Penting?
Sejarah tarot bukan sekadar rangkaian fakta masa lalu, melainkan kisah perjalanan panjang simbol dan makna yang terus hidup hingga hari ini. Dengan memahami akar sejarahnya, kita mendapatkan tiga hal penting:
- Rasa Hormat pada Akar Budaya
Tarot lahir dari perpaduan seni, budaya, dan spiritualitas berbagai zaman. Mengenal asal-usulnya membuat kita lebih menghargai warisan kreatif para seniman, bangsawan, filsuf, dan spiritualis yang merawatnya sepanjang berabad-abad. - Pemahaman yang Lebih Bijak
Dengan mengetahui bagaimana tarot berkembang dari permainan kartu, masuk ke dunia okultisme, hingga menjadi alat refleksi modern, kita bisa menggunakannya dengan lebih sadar. Tarot bukan “jawaban instan,” melainkan alat bantu untuk menggali kebijaksanaan batin. - Relevansi dengan Perjalanan Pribadi
Sejarah tarot mengingatkan kita bahwa simbol-simbol di dalamnya telah melewati beragam interpretasi dan konteks. Hal ini memberi kita kebebasan untuk menafsirkan tarot sesuai kebutuhan masa kini, entah sebagai cermin diri, peta kehidupan, atau sahabat spiritual dalam perjalanan jiwa.
Penutup
Perjalanan panjang tarot membawa kita dari ruang istana bangsawan Italia, ke lingkaran para okultis Eropa, hingga akhirnya hadir di layar ponsel kita hari ini. Dari permainan sederhana menjadi bahasa simbol, dari seni indah menjadi sahabat spiritual, tarot terus berevolusi seiring manusia mencari makna.
Memahami sejarah tarot membantu kita melihat bahwa setiap kartu yang kita buka bukan sekadar gambar, melainkan bagian dari kisah besar umat manusia, kisah tentang pencarian, kebijaksanaan, dan harapan.
Dan mungkin, saat kita menatap sebuah kartu hari ini, kita bukan hanya membaca masa depan atau menggali isi hati. Kita juga sedang membuka lembaran sejarah yang telah dijaga, diwariskan, dan dihidupkan kembali selama berabad-abad, hingga akhirnya menemukan kita, di sini dan sekarang.
FAQ tentang Sejarah Tarot
1. Apakah kartu tarot benar berasal dari Mesir Kuno?
Banyak teori populer menyebut tarot berasal dari Mesir, terutama dikaitkan dengan Kitab Thoth. Namun, penelitian sejarah menunjukkan tarot pertama kali muncul di Italia pada abad ke-15 sebagai permainan kartu bangsawan, bukan alat ramalan.
2. Siapa pencipta tarot Rider-Waite-Smith?
Rider-Waite-Smith Tarot dibuat pada tahun 1909 oleh Arthur Edward Waite, anggota Golden Dawn, bersama ilustrator berbakat Pamela Colman Smith. Pamela-lah yang memberi sentuhan visual penuh simbol sehingga tarot lebih mudah dipahami hingga saat ini.
3. Apakah tarot hanya digunakan untuk meramal masa depan?
Tidak. Di era modern, tarot lebih sering digunakan sebagai alat refleksi diri, self-discovery, hingga sarana healing. Tarot membantu kita memahami pola hidup dan pilihan, bukan sekadar meramal masa depan.
4. Apa perbedaan tarot Rider-Waite-Smith dengan tarot Thoth?
- Rider-Waite-Smith lebih sederhana, visualnya jelas, mudah dipahami pemula.
- Thoth Tarot karya Aleister Crowley penuh dengan simbolisme kompleks dari alkimia, astrologi, hingga Kabbalah, sehingga lebih cocok bagi praktisi berpengalaman.
5. Bagaimana tarot bisa sampai populer di Indonesia?
Tarot mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1990-an hingga 2000-an, bersamaan dengan tumbuhnya minat pada spiritualitas alternatif. Kini, tarot semakin populer berkat komunitas online, media sosial, dan para praktisi lokal yang menghadirkannya secara hangat dan membumi.
6. Apakah belajar tarot sulit untuk pemula?
Tidak. Siapa pun bisa belajar tarot. Kuncinya adalah keterbukaan hati, kesabaran, dan kemauan untuk memahami simbol-simbol dalam kartu. Dengan latihan dan refleksi, tarot bisa menjadi sahabat perjalanan hidup.
Refrensi:
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tarot